sudahkah kita menjadi gurunya manusia?

kemarin, bersama teman teman kompleks (oh ya...ibu ibu kompleks saya memang keren) kami mengikuti launching buku pak Munif Chatib : Gurunya Manusia.

apa yang hebat dari buku ini? apa yang menggerakkan dari pak Munif Chatib?

terus terang saya baru separuh baca bukunya, dan kemarin launchingnya pun belum sempat bertanya. namun entah bagaimana ya...ada saat saat ketika semangat, passion, keikhlasan seseorang itu begitu terasa. terasa hingga ke hati, terasa hingga bisa menyemangati orang lain. itulah rasanya mendengar beliau bicara dan menulis dalam bukunya.

buku ini dibuka dengan kegelisahan yang dituangkan dalam bentuk puisi, saya cuplikkan dua baris teratas, selebihnya baca sendiri yaaaa:

sekolah itu bukan warung
sekolah itu institusi sumber daya manusia tingkat tinggi
butuh orang orang yang punya komitmen dan kompetensi untuk membangunnya
ketika hakikat belajar dikembalikan kepada hakikat manusia
tidak semua orang bisa menerimanya
banyak orang menganggap mustahil

namun, kami punya keyakinan
bahwa belajar itu harus manusiawi
belajar itu harus menyelam ke kondisi siswanya
seperti sepak terjang para nabi mengajar umatnya
penuh tantangan untuk berhasil

saya sebenarnya miris dengan kalimat sekolah bukan warung...tapi saya tertawa juga membacanya. tertawa kecut...karena emang begitu sekolah bukan warung. pendidikan itu juga bukan masalah sepele yang bisa dijual jual...

dua pembedah buku ini Yudhistira A Masardi dan Haidar Bagir menyampaikan fakta pahit pendidikan Indonesia yang membuat saya berkata ke diri sendiri: oh ya...hingga pendidikan Indonesia membaik saya akan bergerak bersama anak anak dari lini homeschool. berjuang dari sisi ini. dengan doa teriring bagi guru guru dan sekolah yang serius menjadi sekolah dan gurunya manusia.
saya memantapkan diri.

sungguh mulia Gerakan Indonesia Mengajar yang mengakomodir guru guru menuju seluruh pelosok Indonesia.
sungguh mulia para guru yang semangat menjadi pembelajar dan bersedia belajar dari muridnya, bersedia menjadi fasilitator bagi mereka.
sungguh mulia orang orang yang bekerjasama membuat taman bacaan bagi masyarakat.
sungguh mulia para relawan yang terjun mendampingi anak anak jalanan.
dan banyak sosok mulia lainnya....
kita memang memiliki jalan juang masing masing.
mari memilih jalan juang itu. sesuai panggilan jiwa...kesesuaian kemampuan..sekuat tenaga.
lalu kita akan menjadi batu bata penyusun peradaban yang lebih baik

lanjut tentang buku ini.
buku ini membuat saya berfikir...sudahkah saya profesional menjadi ibu?
jika dulu menjadi guru siang malam pagi sore melakukan siklus merencanakan, mengajar, belajar, evaluasi...apakah setelah berhenti dari pekerjaan itu dan menjadi ibu siklus itu tetap berjalan?
atau hilang?
sudahkah saya memanusiakan anak saya?
memahami cara berfikirnya, karakternya, dan selalu menatapnya sebagai juara ...tanpa syarat?
apakah saya sudah mencintai mereka setulus jiwa?
apakah saya sudah cukup belajar dan beraal..dan berahlak baik hingga pantas menjadi teladan?
ah....jauhnya dari hal hal indah itu...
namun inilah proses kami belajar bersama.
semoga Allah memudahkan.

didalam buku ini banyak hal hal yang amat jelas dan terang untuk diterapkan, contoh lesson plan, penjadwalan, cara agar mencapai  gelombang alfa, skema yang memudahkan mempelajari tentang accelerated learning dan banyak lagi. subhanallah.

mmmm...sebentar ini jad bagian pertama tulisan tentang buku Gurunya Manusia ya...anak anak sudah bangun...

Komentar

Posting Komentar