untuk apa mempunyai visi sebagai ibu dalam keluarga?

Saat ini kita bila kita berharap menjadi keluarga dengan Allah sebagai tujuannya, maka sebagai calon istri, calon ibu, kita menjadi salah satu pilar kokoh yang menyangga misi ini. 
Bagaimana memulainya? Bagian terbesar dari hadirnya keharmonisan dalam rumahtangga terletak pada tahap perencanaannya, yaitu tahap ta’aruf atau perkenalan. Ilmu manajemen modern saja mengatakan bahwa perencanaan adalah 90% kerja manajerial, maka ta’aruf adalah 90% amaliah pernikahan.
Tahap ta’aruf ini ternyata adalah tahap  ketika kita mulai berusaha memberi jawaban pada diri sendiri tentang ”Siapa saya?” dan ”Bagaimana saya harus menghadapi kehidupan ini”, hingga ”Sosok seperti apa yang tepat untuk saya?”, lalu ”Bagaimana kami mendidik anak menjalani hidup?” dan terus berlanjut tanya itu takkan usai. 
Maka ta’aruf adalah proses panjang yang membutuhkan energi. Membutuhkan pemahaman terhadap diri dalam segala fase. Fase-fase tersebut membutuhkan ilmu untuk menjadi bekal dalam amalannya. Bagaimana jadinya bila kita tidak memiliki bekal untuk meraih tujuan mulia  tak berkesudahan sejak awal mula manusia dicipta?
Naah saya justru merasa baru mulai melakukan pengenalan diri ini setelah bersama dengan suami dan anak anak menjalani kehidupan yang amat intens dalam homeschooling. saya sungguh berharap semoga banyak teman yang masih merencanakan untuk berkeluarga sudah bisa menanyai diri sendiri dan mencari jawaban tadi sejak awal.  Karena....
Sungguh tidak nyaman berada dalam sebuah keadaan dimana kita belum tahu mau kemana tujuan hidup ini. sungguh tidak nyaman berada dalam kondisi tanpa visi. Jadi sepertinya, membuat konsep untuk keluarga, anak anak kita kedepan adalah tugas yang membutuhkan kejernihan hati. bukan hanya otak yang cerdas. ketika kita sudah memiliki gambaran ini sejak sebelum menikah..ahhh pasti lebih indah ya..karena terus terang dulu saya sama sekali tidak punya cita cita jadi ibu rumah tangga ..homeschooling pula..jadi persiapannya tidak ada!!! 
Segala tahap dalam kehidupan memang harus belajar. namun, bukankah lebih enak jika ketika melahirkan kita sudah tahu bagaimana merawat bayi? bukankah lebih bijak ketika anak masih merangkak kita sudah tahu bagaimana caranya bicara hati kehati tentang masa balighnya?
jadi kita tidak akan ketinggalan langkah. contohnya saya...seperti tergagap gagap melihat bayi digendongan..kaget kaget ketika harus memasak MPASI..hehehe penuh kejutan karena kurang persiapan. karena tak bervisi dan tak merencana dengan matang. 
teledornyaaa. 
namun saya memutuskan untuk tidak menyerah ah..saya akan mematangkan visi pribadi sebagai ibu, dan akan saya jalani dengan serius. bismillah.


Komentar